Monthly Archives: February 2015
Akan Hadir Koneksi Internet 5G
Informasi Teknologi Terbaru | Beberapa wilayah Eropa dan Amerika Serikat sudah mengadopsi koneksi Internet 4G LTE untuk perangkat ponsel pintar dan tabletnya. Tapi, pasar 4G LTE masih sangat kecil di beberapa wilayah tersebut.
Sementara itu, di Korea Selatan, teknologi 4G LTE sudah dijual secara komersial sejak 2010. Bahkan, saat ini, Negeri Ginseng sedang mempersiapkan penerapan teknologi 5G pada 2017, seperti dilansir laman Geek, Jumat 24 Januari 2014.
Tujuan pemerintah Korsel untuk menggelar layanan 5G pada 2017 adalah agar jaringan Internet super cepat itu mulai bisa dinikmati para penduduk selambat-lambatnya pada 2020.
Dalam hal kecepatan Internet, 4G dan 5G sangat berbeda jauh. Jika dalam jaringan 4G file 800 MB bisa diunduh selama 40 detik, dengan menggunakan teknologi 5G, file tersebut bisa diunduh hanya dalam satu detik, atau 800 MBps, atau 6400 Mbps (megabit per second).
Memang, untuk menggelar layanan 5G, pemerintah Korsel membutuhkan dana yang sangat besar. Kabarnya, pemerintah di Negeri Ginseng itu sudah menyiapkan dana sebesar US$1,5 miliar (setara Rp18,2 triliun). Tapi, pemerintah tidak mendanai itu sendiri, melainkan mendapatkan tambahan dana dari perusahaan-perusahaan yang memiliki kepentingan dalam penyediaan teknologi 5G.
Beberapa perusahaan yang siap berinvestasi demi terselenggaranya jaringan 5G di Korsel adalah SK Telecom, Korea Telecom, LG, dan Samsung. Bahkan, beberapa waktu lalu, Samsung juga telah menguji coba jaringan 5G dengan kecepatan transfer data 1 Gbps. Dengan terselenggaranya teknologi 5G, pemerintah Korsel berharap akan segera memiliki akses untuk layanan streaming video 4K dan membuat layanan transmisi hologram. Upaya ini agar dunia video akan semakin berkembang pada tahun-tahun mendatang.
Korsel merupakan negara pertama di dunia yang siap menggelar proyek jaringan Internet 5G. Proyek ini diperkirakan menjadi awal yang baik dan mulai disusul oleh negara-negara lain.
Peneliti temukan virus enkripsi web paling anyar
Boston (ANTARA News) – Tiga peneliti Google Inc telah mengungkapkan virus (bug) keamanan internet yang luas digunakan pada teknologi enkripsi web yang menurut para peneliti ini bisa membuat peretas mencuri data lewat serangan web berjuluk “Poodle”.
“Poodle” yang dalam Bahasa Indonesia berarti anjing pudel adalah akronim dari “Padding Oracle On Downloaded Legacy Encryption“.
Masalahnya terletak pada sebuah standard enkripsi web berusia 18 tahun yang disebut SSL 3.0 yang masih luas digunakanan pada browser web dan website.
Bug ini diungkapkan pada makalah ilmiah yang disiarkan Selasa kemarin pada laman OpenSSL Project yang adalah kelompok yang mengembangkan tipe software enkripsi SSL yang masih luas digunakan.
Rumor-rumor yang menyebutkan bug baru dalam software OpenSSL telah menyebar di Twitter dan laman-laman teknologi dalam beberapa hari terakhir, telah mendorong para profesional keamanan jaringan korporat untuk bersiap menghadapi serangan besar pekan ini.
Sejauh ini tahun ini, mereka telah merespons bug “Heartbleed” dalam OpenSSL pada April yang berdampak pada sekitar dua pertiga semua laman dan ribuan produk teknologi lainnya, selain bug “Shellshock” bulan lalu dalam software Unix bernama Bash.
Namun para pakar keamanan internet mengatakan bug yang disingkapkan Selasa malam dan bisa membuat peretas mencuri “cookies” browser itu tidaklah sebahaya dua bug sebelumnya.
“Yang ini sangat rumit. Bug ini menuntut peretas memiliki dulu posisi aman dalam jaringan,” kata Ivan Ristic, direktur riset keamanan aplikasi pada Qualys dan juga pakar SSL.
Jeff Moss, pendiri konferensi peretasan Def Con dan penasehat pada Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan bahwa peretas yang berhasil bisa mengeksploitasi bug demi mencuri sesi cookies pada browser untuk mengendalikan akun penyedia email, jejaring sosial dan bank yang memanfaatkan teknologi itu.
Namun untuk menempuhnya, peretes mesti meluncurkan serangan yang menempatkan si penyerang ada di antara korban dan laman yang mereka kunjungi.
Pendekatan yang biasa dilakukan adalah menciptakan hot spot WiFi jadi-jadian di kafe internet, kata dia.
Matthew Green, asisten profesor riset pada jurusan ilmu komputer Universitas Johns Hopkins menyebut kerentanan ini tidak seburuk Heartbleed yang memungkinkan peretas mengintai atau mencuri kuantitas data maha luas atau Shellshock yang membuat peretas bisa mengendalikan komputer dari jarak jauh.
Dia menyarankan kalangan bisnis dan pengguna komputer untuk mematikan teknologi SSL 3.0 dalam server dan browsernya, namun ini adalah proses yang sulit bagi pengguna komputer biasa.
“Memang tidak akan merusak infrastruktu internet, namun ini akan sulit untuk diatasi,” kata dia seperti dikutip Reuters.
Datastickies
Teknologi semakin canggih, setelah USB menjadi tempat penyimpanan portabel yang sederhana, kini ada post-it note. Yang mampu menyimpan data layaknya USB, namun mempunyai banyak kelebihan. Ukuran dan bentuknya tidak seperti USB, dan tidak mempunyai port untuk dicolokkan pada sebuah perangkat, bentuknya seperti sebuah kertas label. Penggunaanya pun sangat sederhana, yaitu cukup menempelkan pada sebuah gadget dan siap menerima data.
Memang tampak tidak masuk akal, tapi ini nyata, dan dalam tahap pengembangan. Gagasan ini muncul dari seorang desainer Aditi Singh dan profesor Parag Anand, dari News Delhi, India. Layaknya kertas label, penyimpanan yang diberi nama Datastickies ini, mampu menempel di sebuah perangkat, baik itu komputer, laptop, bahkan gadget. Teknologi ini terbuat dari graphene, bahan konduktif yang sangat kuat, terdiri dari satu lapisan atom karbon.
Nantinya, Datastickies akan dijual dalam berbagai ukuran penyimpanan, mulai dari 2 GB hingga 32 GB, dengan warna yang bermacam-macam. Dan diharapkan akan menggantikan USB pada saat ini. Grafene adalah bahan revolusioner, dan disebut-sebut sebagai hal besar berikutnya yang akan mengubah cara kita bekerja. Datastickies tidak akan hilang, karena akan menempel di objek apapun juga.
Kontrasepsi Berbentuk Chip Yang Tahan 16 Tahun
Massachusetts Institute of Technology (MIT) berhasil mengembangkan sebuah chip kontrasepsi berteknologi tinggi yang dapat dikendalikan melalui remote control. Chip untuk mengendalikan kelahiran tersebut ditanam di bawah kulit wanita. Setelah masuk di bawah jaringan kulit, ia akan melepaskan hormon levonorgestrel dalam dosis kecil.
Hebatnya lagi, chip ini akan bertahan selama 16 tahun. Selama itu, ia akan terus melepaskan hormon levonorgestrel setiap harinya. Namun proses tersebut bisa dihentikan dengan menggunakan remote nirkabel.
Proyek yang didukung Bill Gates ini akan diajukan untuk pengujian pra-klinis di Amerika Serikat pada 2015. Chip ini kemungkinan baru tersedia secara komersial mulai 2018. Chip berukuran 20mm x 20mm x 7mm itu akan memiliki ‘harga kompetitif’, kata penciptanya.
Alat ini memiliki sebuah wadah hormon super-mini yang ditanamkan dalam microchip seluas 1,5 cm. Kemudian sebuah muatan listrik kecil dialirkan untuk mencairkan segel ultra-tipis di sekitar levonorgestrel, melepaskan dosis 30 mikrogram ke dalam tubuh.
Sebenarnya ada jenis implan kontrasepsi lainnya, kata peneliti, tapi pasien harus datang ke klinik dan menjalani prosedur rawat jalan agar dapat dinonaktifkan. “Kemampuan untuk menghidupkan dan mematikan perangkat ini menjadi faktor kenyamanan yang dicari pasangan yang merencanakan keluarga mereka,” kata Robert Farra dari MIT.
Tantangan berikutnya bagi para peneliti MIT adalah menjamin keamanan mutlak dari perangkat ini. Terutama untuk mencegah aktivasi atau deaktivasi oleh orang lain tanpa sepengetahuan si pemakai. “Komunikasi dengan implan harus sedekat mungkin dengan kulit sehingga orang di ruang sebelah tidak dapat mengaktifkan atau mematikan,” kata Dr Farra.
Farra menambahkan, alat ini juga mempunyai fitur enkripsi untuk menambah tingkat keamanan komunikasi remote dengan implan. Simon Karger, kepala bedah dan intervensi bisnis di Cambridge Consultants, mengatakan bahwa teknologi implan seperti ini menghadapi berbagai tantangan dan risiko.
Namun dia menambahkan bahwa secara keseluruhan implan jenis ini memiliki nilai lebih bagi pasien. Dan dia meramalkan sebuah masa depan di mana sistem implan pintar menjadi hal yang umum. Inovasi tersebut nampaknya datang tepat pada waktunya ketika pemerintah dan organisasi di seluruh dunia telah sepakat untuk menambah 120 lebih penduduk perempuan pada 2020.
Sementara itu, Gavin Corley, seorang insinyur biomedis, mengatakan teknologi ini membuka pintu bagi daerah di mana akses ke kontrasepsi tradisional masih terbatas.